TANDA –TANDA LEMAHNYA KEYAKINAN

OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag

مِنْ عَلاَمَاتِ اْلإِعْتِمَادِ عَلَى اْلعَمَلِ نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلَلِ

“Salah satu tanda bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan tatkala gagal”.

Saudara Hadirin Rahimakumullah,

Hamba  yang paham akan tujuan penciptaannya pasti akan selalu beribadah kepada Allah.

وَمَا خَلَقْتُ اْلجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia itu, kecuali hanya untuk menyembah (beribadah)”.

Ibadah dhohir misalnya shalat, puasa, zakat, shodaqoh, dzikir, mujahadah dan riyadhoh apabila dilaksanakan dengan benar, semata-mata hanya untuk  Allah SWT pasti akan membuahkan “amal batin” yaitu ketakwaan di dalam hati dan keyakinan (iman) kepada Allah SWT, semakin meningkatnya amal keyakinan dan keimanannya sangat berpotensi untuk “Ma’rifatullah” mengenal Allah SWT.

Saudara seiman dan seagama,

Untuk mengenal Allah, perlu adanya landasan ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. yaitu:

  1. Raja’ (pengharapan)

Didalam beribadah seorang hamba hanya menggantungkan dirinya kepada Allah di terima atau di tolaknya, semuanya hak perogratif Allah.

Hamba yang “Rajak” punya sifat tawakkal (pasrah) diterima atau tidak ibadahnya ia tidak peduli, yang penting beribadah beramal shalih. QS.Al-Kahfi : 110

 “Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”

  • Khauf (Rasa takut) kepada Allah ta’ala

Takut kepada Allah tidak sama dengan takut kepada makhluk (ciptaan Allah SWT). Takut kepada ular jangan di dekati, takut terbakar  jangan main api, takut sakit hati jangan bermain cinta. Tetapi takut kepada Allah dekati.

وَعَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّى شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعاً وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّى ذِرَاعاً تَقَرَّبَتْ مِنْهُ بَاعًا.       

“…Dan barang siapa mendekat kepada-Ku dengan satu depa, maka Aku mendekat kepadanya dengan satu hasta. Barang siapa mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya dengan satu jengkal”.

وَمَنْ أَتاَنِى يَمْشِى اَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً , وَمَنْ لَقِيَنِى بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطِيْئَةً لاَ يُشْرِكُ بِى شَيْئاً , لَقِيْتُهُ بِمِثْلِهـَا مَغْفِرَةً (رواه مسلم)                                       

“Barang siapa mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari, barang siapa menemui-Ku dengan membawa kesalahan sebesar bumi dan dia tidak menyekutukan Ku dengan apapun, maka Aku menemuinya dengan ampunan yang seukuran dengan bumi” (HR.Muslim).

Ma’asyiral  Muslimin Rahimakumullah,

Seorang yang berma’rifat kepada Allah semakin besar penghargaan dan takutnya kepada Allah, karena ia mengenal dan paham tujuan diciptakan dirinya, semakin mengenal dirinya semakin  mengenal pada Tuhannya.

Namun demikian saudara…!!!

Apabila tumbuhnya keyakinan itu selalu bersamaan dengan semangatnya amalan dhohir misalnya puasa, sholat, zakat, wirid dan lain sebagainya, maka ketika amalan dhohirnya sedang lemah (malas) pada saat itu pula keyakinannya kepada Allah turun (lemah), sehingga pengharapan sifat Raja’ dan Khaufnya menjadi kacau. Demikian itu menunjukkan bahwa orang itu belum bertawakkal kepada Allah, tetapi masih bertawakkal kepada amal ibadahnya. Belum yakin  kepada “Sang Pemberi”, tetapi yakin kepada alat untuk mendapatkan pemberian. 

Saudara Hadirin-hadirat yang saya hormati,

Hendaknya ibadah-ibadah dhohir itu dijadikan alat atau sarana komunikasi obat rindu dengan Kekasih-Nya, ketika perjumpaannya sedang berlangsung dan ada hubungan timbal balik kemesraan, dengan kecintaan-Nya, tentu ingin berlama-lama . Begitu juga ibadah dhohir jadikanlah alat untuk bercumbu rayu dengan kekasih-Nya Dialah Allah Tuhan Khaliqul Alam.

Saudara…!!!

Jangan sampai kita bersu’udzan (jelek sangka) kepada Allah, walau ibadah kita istiqomah, tetapi belum bahagia itu bagian dari tegur sapa-Nya, pun demikian bila kita terima dengan kesabaran dan pasrah (bertawakal) kepada-Nya, pastilah kelak ada harapan kebahagiaan abadi.

 “Sesungguhnya orang-orang yang berkata  “Tuhan kami ialah Allah” lalu mereka jalankan secara istiqomah, akan turunlah kepada mereka malaikat-malaikat memberi selamat “janganlah takut dan janganlah susah. Bergembiralah kamu dengan surga  yang telah di janjikan.”

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.