DUA CARA MENGENAL ALLAH

 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag

Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang

شَتَّانَ بَيْنَ مَنْ يَسْتَدِلُّ بِهِ اَوْ يَسْتَدِلُّ عَلَيْهِ المـُسْتَدِلُّ بِهِ عَرَفَ الحَقَّ لِاَهْلِهِ فَاَثْبَتَ الْأَمْرَ

مِنْ وُجُوْدِ اَصْلِهِ

“Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menumbuhkan adanya alam, dengan orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah, orang yang berdalil dengan adanya Allah mengerti kebenaran adalah bagi pemiliknya, sehingga ia menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada asalnya”.

وَالإِسْتِدْلاَلُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الْوُصُوْلِ اِلَيْهِ وَإِلاَّ فَمَتَى غَابَ حَتَّى يَسْتَدِلُّ عَلَيْهِ وَمَتَى بَعُدَ حَتَّى تَكُوْنَ الأَثَارُ هِيَ الَّتِى تُوْصِلُ اِلَيْهِ

“Sedangkan berdalil untuk adanya Allah adalah karena tidak sampai kepada-Nya. Betapa tidak! Bilakah Allah itu gaib sehingga di perlukan bukti untuk mengetahui adanya Allah? Dan bilakan Dia itu jauh sehingga benda-benda alamlah yang mengantarkan kepada-Nya”.

Ayyuhal Ikhwan Rahimakumullah

Imam Ibnu Athaillah membagi dua golongan manusia di dalam mengenal Allah.

  1. Pertama, Mengenal Allah langsung mengetahui wujudnya Allah tanpa melihat ciptaan-Nya, ia mengenal Allah tanpa perantara, tanpa melihat benda-benda ciptaan-Nya, si hamba langsung ma’rifat kepada Allah, mata hatinya langsung dapat menyingkap tabir kekuasaan Allah SWT. Karena melihatnya menggunakan mata hati iman (Basyirah). Hamba yang telah mencapai tingkat ini telah mencapai tingkat haqqul yaqin, cahaya yang memancar dari hatinya disebut ANWARU MUWAJJAHAH.

Saudara seiman dan seagama…!!!

Ketajaman mata hatinya (Basyirah) sanggup menghancurkan mata lahirnya (Basyariah) karena mendapatkan mukasyafah (terbukanya mata hati), itu pun atas seijin Allah, hamba yang setingkat ini mampu bermusyahadah tentang keberadaan Allah, tanpa melihat ciptaan-Nya. Ia kenal Allah tanpa berkata “Allah itu ada, karena aku tahu dan melihat ciptaan-Nya, alam semesta raya misalnya”. “Petani itu sedang mengharapkan apa…? ketika petani sedang menanam di ladangnya”, tetapi hamba yang mengenal Allah secara langsung ia akan berkata “Allah sedang mempersiapkan apa? sehingga petani itu bercocok tanam  di ladang atau di sawahnya?”.

Saudara…!!! Bagi hamba yang berma’rifatullah, ketika mendapat sedih dan susah ia tidak akan berkata  “Padahal saya sudah ibadah dan tidak melakukan maksiat, kenapa Allah masih saja memberiku kesedihan dan kesusahan…???”.  Tetapi hamba yang salik dan berma’rifat akan berkata “Apa yang akan dikehendaki Allah dibalik kesedihan dan susahku ini, hikmah apa yang akan saya peroleh?”. Hamba yang demikian ini mampu melihat Allah bukan karena Ilmu dan ibadahnya, tetapi  ia mampu karena keahlian dan ijin-Nya (Allah SWT.). Akhirnya apa yang terjadi adalah pengaturan Allah yang sesuai dengan sunnahnya. Segala keputusan-Nya (Allah SWT.) tidak ada yang salah karena sudah sesuai dengan IRADAH AZALIYAH-NYA. Firman Allah surat Al-Ahzab ayat 36:

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula) bagi perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul Nya telah  menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya ia sesat, kesesatan yang nyata”.

Ayyuhal Ikhwan yang di rahmati Allah

  • Adapun yang kedua, Mengenal Allah dengan cara mengetahui dan memahami ciptaan-Nya, golongan kedua ini disebut golongan yang sedang menuju Allah.  Bagi hamba yang mengembara untuk menjumpai Allah diperlukan ketekunan dan kesabaran, apalagi untuk menemui-Nya masih menggunakan alat atau sasaran ciptaan-Nya, maka tidak heran kalau banyak lika-liku yang menyulitkannya, ibarat orang yang melihat sesuatu menggunakan air, jadi tidak tampak jelas wujud aslinya, masih perlu kejelian dan latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Begitu juga bagi hamba yang mengenal Tuhannya dengan cara menggunakan akal logikanya, maka di perlukan latihan-latihan ia harus rajin mengembala rohaninya ke padang rumput yang hijau nan subur di situlah majelis taklim dan dzikir. Melatih mengosongkan jiwa tama’ dan menjauhi hiruk-pikuknya dunia dengan cara beriyadhah dan bermujahadah tidak kenal waktu siang atau malam baik sendirian atau secara berjamaah. Dan apabila pengembaraan ini dilakukan secara istiqomah dan tuma’ninah akan melahirkan hasil penuh kenikmatan, dzikir menjadi nikmat bukan lagi ibadah sebagai kewajiban tetapi sebagai kebutuhan dan buahnya adalah kecintaan yang tidak pernah mau untuk dipisahkan. Allah berfirman surat Ali Imran ayat 191 :

 “(Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, Tiadalah engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa api neraka”.

Saudara seiman dan seagama,

Bagi hamba untuk mengenal Allah menggunakan akal logikanya, maka diperlukan ilmu sebagai alat serananya. Adapun ilmu yang digunakannya itu ilmu Allah yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW. Terutama Ilmu Aqoid atau Ilmu Tauhid, sebab tanpa ilmu tauhid  hamba sulit untuk mendapatkan Nur Allah yang sedang dicarinya.

Tinggal kita sekarang…!!! Mau mengenal Allah langsung tanpa melihat ciptaan-Nya. Atau kita kenali dulu ciptaan-Nya baru haqqul yakin akan keberadaan Allah…??? Itu terserah dan tergantung kita hamba-Nya.

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.