SEMANGAT TAK BISA MENGALAHKAN TAQDIR

 OLEH : Dr. KH Irfan Aziz, M.Ag

Pengasuh Pondok Pesantren Al Hayatul Islamiyah Kota Malang

 Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Pada kesempatan yang baik ini kita akan membahas  tentang TAQDIR ALLAH yang merupakan keputusan perogratif, tentunya apa yang di maui Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.

Imam Ibnu Athaillah dalam mutiara hikmahnya dalam kitab Al-Hikam berpendapat :

سَوَابِقُ الْهِـمَمِ لاَتَحْـرَقُ الأَسْوَارَ الأَقْـدَارِ

“Semangat yang menggelora tak akan mampu menembus benteng taqdir”.

 Saudara Hadirin wal Hadirat yang saya hormati,

Betapa pun telah banyak energi yang kita gunakan untuk mencapai tujuan tetap saja tidak akan pernah tergapai cita-cita tersebut apabila tidak sesuai dengan kehendak Allah, kita tidak akan pernah memenangkan kehendak kita di atas kehendak Allah, Allah-lah yang mengatur alam baik secara kasat mata atau yang tak kasat mata dan  yang menetapkan taqdir kita semua. Di dalam HR. Imam Bukhori dijelaskan “Bahwa setiap orang di kumpulkan pembentukannya dalam rahim ibunya dalam waktu 40 hari berupa nuthfah, kemudian 40 hari berupa segumpal darah, lalu 40 hari kemudian menjadi sekerat daging, lantas ditiupkan ruh oleh malaikat dan Allah tetapkan 4 hal yaitu rizkinya, ajal atau umurnya, perbuatannya dan celaka atau bahagianya. Dengan ketentuan di atas hendaknya seorang hamba yang akan berma’rifatullah mau menerima ketentuan tersebut dengan sabar dan tawakkal. Firman Allah QS.At-Taubah: 51

“Katakanlah (Muhammad) tidak akan menimpa melainkan apa yang telah di tetapkan oleh Allah kami dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman “.

Seorang Salik (yang mencari ridha Allah) selalu bersungguh-sungguh menggapai ridha Allah ia mengembara ruhaniahnya secara total, ia selalu berinovasi di dalam metode pendekatan dengan pelaksaan pengabdiannya demi tercapainya keimanan yang hakiki.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Ankabut :69).

  Saudara..!!!

Model dan macam pengembaraan ruhani itu banyak caranya, ada yang sampai berlebihan sekalipun, ia melupakan keluarga anak dan istrinya mengorbankan kepentingan duniawi, itu dilakukan kadang sendirian menyepi ke gua-gua, kadang-kadang secara berjama’ah kelompok-kelompok kecil sambil mabit dan i’tikaf di masjid-masjid mengasingkan diri dari dunia ramai, bahkan tidak jarang kita jumpai di komplek makam para wali dan kuburan angker sekalipun. Namun demikian usaha tersebut untuk menggapai urusan agama, dunia, dan akhirat tak akan pernah mampu menembus batas apa yang telah di gariskan oleh Allah yang bernama taqdir. Oleh sebab itu Syeikh Ibnu Athaillah mengingatkan kita “Semangat yang menggelora tak akan mampu menembus benteng takdir”.

 Saudara kaum Muslimin Muslimat yang dirahmati Allah,

Seorang yang mencari ridho dan ma’rifatullah selalu berusaha memahami dirinya, segala kelebihan dan kekurangannya selalu di evaluasi, laksana petani yang kadang sukses panen ada kalanya gagal panen. Petani yang cerdas selalu mengevaluasi apa penyebab sukses dan gagalnya dimasa panenya, maka petani perlu adanya pemilihan benih yang VUTW (varitas unggul tahan werreng). Jenis olahan tanahnya yang tepat, memilih pupuk yang tepat dan pengolahan yang benar dan tidak lupa pada musim yang cocok, usaha itulah sebagai landasan untuk menuju sukses, namun demikian seorang hamba tidak dapat menjamin kesuksesan dan keberhasilannya, kecuali menunggu keputusan dan taqdir Allah.

Saudara…!!!

Segala usaha dan upaya seorang  salik (pencari kebenaran) selalu akan  tunduk  pada sunnatullah, seorang hamba yang berusaha dan berupaya tidak lepas dari keputusannya bahkan apapun yang di hadapinya dianggap sebagai sarana berfikir dan berdzikir. Karena Allah berfirman QS. Ali Imran:190.

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”.

Menanam benih itu tidak hanya pada tanah orang, tetapi lebih penting benih di tanam pada tanahnya sendiri,  yaitu pada dada dan hati kita sendiri, dengan dzikir dan fikir bermujahadah dan riyadhah untuk mendapatkan sebab-sebab takdir Allah, ketika hamba menyatukan semangatnya dalam ikhtiar dan berdo’a yang bersamaan dengan ketentuan dan takdir Allah di situlah tumbuh dan kembangnya kesuksesan akibat menyatukan perbuatan seorang hamba yang majasi dengan perbuatan sang Kholiq (pencipta) yang hakiki. Itu pun karena kehendak Allah semata.

 “Dan kamu tidak dapat menghendaki sesuatu kecuali apabila di kehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. At Takwiir :29)

Orang sufi bilang  :

اَنَا اُرِيْدُ وَاَنْتَ تُرِيْدُ وَاللهُ فَعَّالُ لِّـمَا يُرِيْدُ

“Aku menghendaki engkaupun menghendaki dan Allah –lah yang menentukan kehendak.”

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.