Sambutan Ketua Yayasan

Full Day School (FDS) sampai saat ini masih menjadi polemik. Pasalnya banyak pihak menilai keefektifan FDS ini tak akan bisa maksimal dibandingkan seperti metode pembelajaran yang sudah biasanya dilakukan.

Bahkan adanya metode FDS yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbu) ini malah dianggap menganggu sebagian kegiatan siswa yang juga tak kalah penting dari pendidikan formal.

Contohkan saja seperti kegiatan mengaji yang sebenarnya sudah menjadi rutinitas yang tertanam sejak kecil bagi siswa-siswa SD harus terganggu karena waktu yang full digunakan dalam metode FDS di sekolah.

Sehingga dengan ini, metode FDS dirasa tidaklah efektif bilamana diterapakan di tingkatan sekolah dasar. 

Yayasan Pengembangan Pendidikan Al Hayatul Islamiyah yang pada tingkatan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) juga tidak menerapkan FDS sebagai metode pembelajaran yang selama ini digadang-gadang sebagai metode untuk memperkuat pembentukan karakter ini.

Meskipun dilihat dari segi fasilitas, kondisi sekolah ini bisa dibilang bagus. Ruang kelas yang sudah dalam kondisi bagus, bertingkat serta luas dan nyaman serta mumpuni untuk menggelar FDS, namun MI ini tetap memilih tidak menggunakan metode FDS.

Kepala MI Al-Hayatul Islamiyah S.M.Diana Mpdi menngungkapkan, sebelum adanya metode FDS sendiri, sekolahnya malah lebih dulu sudah terbiasa dengan adanya agenda belajar yang padat. Namun karena memang sudah berbasis pondok pesantren jadi muatannya juga lebih banyak dengan muatan pondok. 

“Bila memang dipaksakan untuk diterapkan, saya sendiri secara pribadi juga tidak setuju, karena memakan waktu dari mengaji anak jika full terus dalam pembelajaran,” paparnya saat ditemui MalangTIMES di Jalan KH.Malik Dalam nomer 1, Rt 1, Rw 4, Kedungkandang.

Namun pihaknya juga menyebut, bahwasanya metode yang lebih baik dari pada FDS adalah Pondok Pesantren. Banyak keunggulan dari pondok pesantren, seperti ilmu keagamaan yang kuat, ilmu keseharian dalam bermasyarakat yang bisa sangat membantu dalam kehidupan.

Di pondok pesantren banyak mempelajari kitab kuning, selain itu juga mempelajari berbagai keterampilan lain seperti beternak, bertani, berkebun, membuat kaligrafi serta hal lainnya yang pas untuk jadi bekal usai menjalani pendidikan di pondok pesantren.

Bahkan lulusan pesantren sendiri, banyak yang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh dalam pemerintahan. Seperti halnya Menpora Imam Nahrawi, Menteri Agama Lukman Hakim dan sederet tokoh lain yang juga banyak bergerak di bidang politik.

“Bagi sekolah yang siap dan mapan, pemberlakuan FDS mungkin  tidak menjadi masalah, tetapi bagi sekolah yang memiliki keterbatasan sarana, guru, dan biaya, pelaksanaan FDS akan menjadi beban baru,” paparnya.

“Bahkan kami sendiri saat ini juga mempunyai hutang dan tanggungan biayaoperasional sekolah selama bulan Juli, Agustus, September yang sebenarmya didanai bos, namun saat in dananya belum cair, sehingga kami pastinya akan sulit juga jika mengaplikasikan metode itu”imbuhnya.

Sumber :

https://jatimtimes.com/baca/157602/20170828/141200/sekolah-ini-ungkap-metode-pondok-pesantren-lebih-baik-dibanding-full-day-school